Sebelum
pertemuan Tumbang Anoi di Kalimantan Tengah pada tahun 1894, suku Dayak hidup
dalam suasana saling membunuh satu dengan yang lain. Pembunuhan orang lain
tersebut dilakukan dengan memenggal kepala orang dan hal ini disebut ngayo, maka perilaku untuk melaksanakan
ngayo tersebut disebut bakayo.
Dalam
konteks masa lalu bagi orang Dayak perbuatan ngayo untuk memengal kepala orang
adalah perbuatan mulia dan membuktikan bahwa orang yang ngayo tersebut
kesatria, bertanggung jawab dan berwibawa serta dapat menjadi pengayom bagi
orang lain dan handal. Dengan kemampuannya dalam bakayo seseorang dianggap
telah memasuki masa dewasa dan dapat diandalkan sehingga dia diperkenankan
untuk memasuki hidup baru dalam berumah tangga serta boleh menjadi pemimpin
bagi masyarakatnya karena memiliki kemampuan dan kesaktian.
Masa
lampau telah membuktikan bahwa orang Dayak adalah orang yang bermartabat,
berani berjuang, teguh dalam pendirian dan solidaritas yang tinggi antara satu
dengan yang lain. Hal ini tercermin dari beberapa segi kehidupan orang Dayak
yaitu tinggal di rumah betang, memiliki Mandau dan perisai. Rumah betang
memiliki makna bahwa orang Dayak sangat solider antara satu dengan yang lain,
di rumah betang jika ada tamu yang datang maka semua yang tinggal di dalamnya
akan bersama-sama menjamu tamu yang datang, jika ada yang meninggal maka mereka
akan saling memberikan penghiburan sebab kesedihan dan penderitaan orang lain
merupakan suatu perasaan yang dialami bersama. Perisai dan Mandau menandakan
bahwa orang Dayak sangat peduli dengan keamanan hidup bersama dari ancaman
musuh yang membahayakan.
Dalam
melaksanakan ngayo orang-orang Dayak masa lalu harus bepergian ke berbagai
penjuru daerah agar dapat menemukan korbannya. Bepergian untuk ngayo adalah
perbuatan yang sangat beresiko tinggi karena belum tentu tahu kekuatan orang
yang akan ditemukan dan medan yang akan tempuh. Kelaparan dan tersesat di hutan
adalah risiko lain yang akan dihadapi selama bakayo. Itulah perjuangan proses
pencarian jati diri orang Dayak masa lalu, mereka sadar akan bahaya dan
penderitaan yang akan dialami tetapi karena itu adalah tugas mulia maka tidak
ada kata untuk mundur dalam melaksanakan ngayo. Mendapat kepala korban untuk
dipersembahkan kepada orang sekampung adalah tekad bulat bagi seseorang yang
sedang bakayo untuk nantinya diadakan upacara notokng di kampong. Gagal bakayo
atau tidak mendapat kepala berarti orang tersebut akan dianggap tidak memiliki
wibawa didepan orang banyak dan tidak akan diperhitungkan dalam setiap kegiatan
masyarakat serta yang bersangkutan tidak akan dilirik oleh gadis-gadis yang da
di daerahnya. Itulah Dayak pada masa lalu, harus berjuang memenggal kepala
orang lain demi mengejar kedudukan,
martabat dan wibawa diri sendiri termasuk kaumnya agar dapat diakui dan
disegani pihak lain dan mampu bersaing dalam semua lini kehidupan.
Dalam
konteks zaman sekarang yang serba maju dan berkembang seharusnya orang-orang
Dayak terus mewarisi semangat ngayo tersebut, namun bedanya adalah tidak lagi
untuk memenggal kepala manusia. Sudah kita pahami bahwa perbuatan ngayo adalah
untuk membuktikan bahwa orang Dayak kesatria, berwibawa, pengayom, dan handal.
Hal ini seharusnya menjadi inspirasi bahwa orang Dayak zaman sekarang harus
bakayo ke berbagai daerah bahkan dunia internasional dengan tujuan untuk
membuktikan bahwa orang Dayak adalah orang yang berkualitas, berwibawa, pintar,
profesional dalam berbagai hal dan memiliki peradaban yang tinggi. Seharusnya
orang Dayak kembali bangkit bakayo untuk menguasai berbagai ilmu pengetahuan
dan menduduki berbagai jabatan strategis sehingga dapat ambil bagian dalam
menata dan memformat Negara Indonesia yang adil dan jaya.
Karena
orang-orang Dayak telah melupakan semangat bakayo ada berbagai hal yang
membuatnya tertinggal jauh diantaranya kualitas pendidikan orang Dayak rendah,
selama 65 tahun Indonesia merdeka belum ada orang Dayak yang jadi menteri
apalagi presiden. Mungkin agar lebih menyentuh agar bakayo terus dilanjutkan
semangatnya mari kita lihat sisi dan peranan orang Dayak dalam berbagai lini
kehidupan yaitu : berapa banyak orang Dayak yang jadi dosen? Berapa banyak
orang Dayak jadi pengacara atau hakim maupun jaksa? Berapa banyak orang Dayak
jadi tentara maupun polisi dan adakah orang Dayak yang berpangkat jenderal?
Berapa banyak orang Dayak yang menjadi pengelola BUMN? Berapa banyak orang
Dayak yang sukses dalam bidang politisi maupun birokrat? Berapa banyak orang
Dayak yang jadi wartawan/jurnalis? Berapa banyak orang Dayak yang menempuh
pendidikan dalam jenjang doctor/S3 dan menjadi profesor? Berapa banyak atau
adakah orang Dayak yang telah menjadi ahli kehutanan, pertanian, peternakan, kesehatan,
energi, pertambangan, politik? Dari pertanyaan-pertanyaan ini Dayak harus
bangkit untuk kembali menjadi seorang yang pandai bakayo dalam menguasai ilmu
pengetahuan sehingga martabat dan kejayaan Dayak akan segera tercapai. Satu-satunya
cara agar martabat dan kejayaan kaum tersebut kembali terulang adalah hanya melalui
pendidikan yang berkualitas. Jika orang-orang Dayak yang pernah jaya dan tenar
namanya sampai keseluruh penjuru dunia karena ketangkasan dan kegagahannya
dalam bakayo terus terlena dengan eforia sesaat maka Dayak akan tersinggirkan
dalam pentas persaingan global.
Dayak
juga adalah manusia yang cerdas oleh sebab itu marilah kita terus bahu-membahu
untuk kembali bakayo mengejar ilmu pengetahuan. Kemajuan Dayak tidak akan
tercapai jika hanya membanggakan kekuatan otot dan bersaing mabuk meminum
minuman keras, sebab hal tersebut hanya akan menghantarkan Dayak menjadi
penonton dan orang yang mengigit jari di negerinya sendiri. Kayolah ilmu
pengetahuan ke berbagai lembaga pendidikan berkualitas di seluruh Indonesia
bahkan dunia internasional dan buktikan bahwa hasil kayoan tersebut bermanfaat
bagi kesejahteraan orang lain khususnya bagi orang Dayak sendiri. Ingatlah apa
kita hari ini sangat berpengaruh apa kita ke depan, jika bukan kita siapa lagi
dan jika bukan sekarang kapan lagi?
Dunia
pendidikan merupakan salah satu cara terbaik untuk mengangkat harkat dan
martabat di masa yang akan datang. Dengan sekolah akan membuktikan bahwa Dayak
tidak seperti yang dikatakan selama ini, bodoh, primitif, jorok dan sebagainya.
Pendidikan memberikan sebuah kesempatan untuk hidup lebih baik dan memberikan
jalan untuk melakukan perubahan. Investasi dalam hal pendidikan sangat tak
ternilai, mencari pendidikan adalah mencari ilmu, mencari jalan menuju
kehidupan yang lebih baik, untuk itu jangan pernah menyepelekan arti
pendidikan.
Semoga
semakin banyak insan Dayak yang member dorongan maksimal kepada anak-anak muda
Dayak untuk merasakan pendidikan yang lebih tinggi, berilah mereka kesempatan
untuk menimba ilmu. Bagi orang tua yang belum menyadari bahwa pendidikan itu
perlu, segeralah sadar bahwa hidup ini akan lebih sulit dimasa yang akan datang
jika anak-anak tidak memiliki bekal ilmu pengetahuan yang memadai. Sadarlah
bahwa kompetensi hidup membutuhkan orang-orang yang mengerti bahwa kualitas
seseorang di masa kini diperlukan yang menguasai bidangnya secara professional
dan hal ini bias diperoleh salah satunya
melalui jalur pendidikan. Doronglah semangat anak muda agar mampu
berjuang dalam hidupnya terutama dalam hal meraih kesempatan dalam bidang
pendidikan. Hidup memang terkadang susah, namun ada cara yang bisa ditempuh
untuk mewujudkan tujuan itu yakni berjuang mati-matian di bidang pendidikan agar
harkat dan martabat serta jati diri suku Dayak setara dengan suku bangsa lain.
Realitas
yang ada sekarang mayoritas orang Dayak perkotaan akan mengutamakan pendidikan
anak-anaknya, sementara orang Dayak di pedalaman adalah sebaliknya. Di kota bisa
dikatakan bahwa dari sepuluh anak Dayak, Sembilan orang pasti merasakan
pendidikan setidaknya hingga SMA. Di kampung terutama yang bukan termasuk dalam
kota kecamatan kenyataan terbalik, hanya satu orang anak Dayak yang sekolah
hingga SMA dari sepuluh anak muda seumurnya. Bahkan mungkin hanya satu
dari lima puluh anak muda Dayak yang mengenyam pendidikan hingga
perguruan tinggi (terutama kampung-kampung paling pedalaman).
Untuk
dipahami bahwa pendidikan menentukan model manusia yang akan dihasilkannya.
Pendidikan juga memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap kemajuan suatu
bangsa dan merupakan wahana dalam menerjemahkan
pesan-pesan konstitusi, serta sarana untuk membangun watak bangsa (National Character Building). Masyarakat
yang cerdas akan memberi nuansa kehidupan yang cerdas pula, dan secara
progresif akan membentuk kemandirian dan kreativitas. Bangsa Indonesia bisa
merdeka juga tidak terlepas dari peran pendidikan. Hanya melalui pendidikan
yang benar orang Dayak dan bangsa Indonesia secara umum dapat membebaskan diri
dari belenggu krisis multidimensi yang berkepanjangan. Melalui pendidikan orang
Dayak sebagai bagian integral dari bangsa ini bisa membebaskan dari dari
kemiskinan dan keterpurukan. Melalui pendidikan pula akan mengembangkan sumber
daya manusia yang mempunyai rasa percaya diri untuk bersanding dan bersaing
dengan bangsa-bangsa lain di dunia, bahkan dalam era kesemrawutan global. Tanpa
pendidikan yang kuat, dapat dipastikan orang Dayak dan bangsa Indonesia secara
umum akan terus tenggelam dalam keterpurukan. Tanpa pendidikan yang memadai
orang Dayak akan terus dililit oleh kebodohan, keterbelakangan dan kemiskinan.
Tanpa pendidikan yang baik orang Dayak sulit meraih masa depan yang cerah,
damai dan sejahtera.
Pendidikan
yang harus dikembangkan untuk membebaskan masyarakat dari keterpurukan, agar
dapat mengangkat harkat dan martabat bangsa serta membebaskan bangsa dari ketergantungan dengan
Negara laina dalah melalui pendidikan yang dapat mengembangkan potensi
masyarakat, mampu menumbuhkan kemauan, serta membangkitkan semangat generasi
bangsa untuk menggali berbagai potensi dan mengembangkan secara optimal bagi
kepentingan pembangunan masyarakat secara utuh dan menyeluruh. Pendidikan
demikianlah yang mampu menghasilkan sumber daya manusia berkualitas serta
memiliki visi, transparansi dan pandangan jauh ke depan yang tidak hanya
mementingkan diri dan kelompoknya, tetapi senantiasa memengedepankan
kepentingan bangsa dan Negara dalam berbagai aspek kehidupan.
Kiranya
setelah generasi muda Dayak mampu ngayo ilmu pengetahuan yang berkualitas, ilmu
tersebut harus diaflikasikan bagi kehidupan masyarakat Dayak. Ada berbagai hal
yang perlu diberikan terobosan baru untuk membangun Dayak yang maju dan
berkualitas oleh generasi muda Dayak yaitu : Pertama, memberantas atau
ngayo musuh, bukan dalam arti secara fisik tetapi berani untuk melawan orang
yang datang menghabisi hutan, menggunduli gunung, mengambil tembawang atau
merusak sungai di lingkungan hidup orang Dayak. Kedua, mendorong
orang-orang Dayak untuk bisa menabung atau merencanakan kehidupan masa depan. Ketiga,
merubah paradigma manja dengan alam. Karena orang-orang Dayak terbiasa dengan
mudah memperoleh sayur-sayuran, buah-buahan, ikan dan daging binatang yang
tersedia di alam sekitarnya. Keempat, memberikan pemahaman agar
tidak gampang untuk merendahkan diri. Orang Dayak cenderung lebih suka memilih
berdiam diri sambil barharap agar orang lain dapat menyelami apa keinginan
mereka. Menuntut hak sangat sulit dalam kehidupan orang dayak. Kelima,
mampu meyakinkan orang Dayak untuk menjauhi sikap iri hati kepada orang sesuku.
Realitas kehidupan sesama orang Dayak yang tampak lebih maju (kaya) biasanya
tidak disukai dan dijauhi.
Bakayo
ilmu pengetahuan dan keterampilan di masa persaingan yang amat ketat ini mutlak
diperlukan. Sebab yang mampu menguasai ilmu pengetahuan akan menguasai
peradaban dan yang tidak mampu menguasai ilmu pengetahuan akan menjadi korban
peradaban. Buktikan kalau Dayak adalah orang yang tangguh dan mampu untuk
kembali bakayo dalam menimba pengetahuan. Masa lalu telah menunjukkan bahwa
seorang pemuda Dayak akan sulit mendapatkan pujaan hati jika tidak dapat
mempersembahkan kepala hasil kayoan maka sekarang juga akan terjadi bahwa
seorang pemuda Dayak yang tidak berpendidikan tinggi dan tidak memiliki
pekerjaan akan sulit dilirik oleh gadis-gadis Dayak yang cantik dan memukau. Karena
itu kayolah ilm pengeta huan dan teknologi sebelum terlambat dan selagi masih
ada kesempatan!!
generasi muda Dayak di pedalaman
Generasi
muda Dayak di perkotaan proaktif menempa diri dalam pendidikan non formal agar
memiliki SDM yang berkualitas dan kompetitif.
Orang
Dayak pada masa lampau
Generasi
muda Dayak di zaman modern
Orang
Dayak juga kaya dengan seni tari
No comments:
Post a Comment
Maf bila postingnya belum lengkap