Thursday, October 12, 2017

Memahami Pendidikan Informal


Belajar dapat berlangsung secara informal, nonformal dan formal. Setiap kegiatan belajar mempengaruhi pikiran seseorang. Hasil belajar ada yang berdampak baik bagi lingkungan dan tetapi ada juga yang berdampak kurang baik. Kedua-duanya dapat mempengaruhi pikiran mereka yang mendapat informasi dari lingkungan. Keputusan yang mereka ambil tergantung dari nilai-nilai moral yang mereka miliki. Berbagai masalah social yang banyak terjadi dewasa ini, yang memberikan citra sangat negative pada bangsa adalah masalah pembunuhan, pemerkosaan, perampokan, pengrusakan milik orang lain, pencurian, korupsi, kekerasan, narkoba, pornografi, prostitusi, pelanggaran terhadap peraturan-peraturan, tawuran pelajar/mahasiswa, pelecehan, penipuan, intoleransi dan sebagainya.
Realitas saat ini menunjukan dari anak kecil sampai orang dewasa dapat mengamati lewat layar televisi tentang pembakaran, pengrusakan milik orang lain dan penggunaan kekerasan. Yang sudah dapat membaca dapat menyimak lewat media massa peristiwa-peristiwa yang menggenaskan. Semua itu mempengaruhi pikiran pemirsa yang sedikit banyak berakibat pada tingkah lakunya. Anak-anak yang memirsanya dan menyimpannya dalam memorinya membawa pengalaman itu ke sekolah dengan segala dampaknya.
Peran keluarga penting dalam mengantisipasi dan memfilter stimulus tindak kekerasan. Baik yang bersumber dari tayangan televisi, dorongan lingkungan maupun trend yang sedang digandrungi oleh para pelaku kriminal. Kebocoran dan ketidakmampuan filter ini melakukan perannya maka dampak yang dihasilkan adalah pembiaran pelaku tindak kekerasan  yang menganggap semua sudah biasa. Salah satu factor penyebab kaum muda melakukan tindak kekerasan adalah pendidikan yang kurang mengarahkan kaum muda untuk memiliki moralitas, etika dan kemampuan intelektual yang baik sehingga tak mampu menahan gesekan-gesekan dan cenderung melakukan tindakan anarkis disbanding pendekatan lain. Dampak dari media massa dan penayangan televisi tentang informasi dan kejadian tindak kekerasan sangat mudah diakses anak-anak. Tragisnya anak-anak menonton tayangan ini tanpa pendampingan orang tua karena kesibukan orang tuanya bekerja. Baik orang tua yang di desa yang bekerja sebagai petani atau buruh, sibuk seharian mencari rejeki. Maupun orang tuadi perkotaan yang juga sibuk seharian bekerja di kantor.
Anak-anak lebih banyak menghabiskan waktu bersama pembantu rumah tangga yang tidak mengerti menyaring informasi tersebut bagi anak-anak, atau anak menghabiskan waktu bersama teman yang asyik menonton. Penanaman informasi yang terus berlangsung ini tertanam pada diri anak makin lama akan makin kuat. Disaat anak merasa sering melihat tindak kekerasan yang dilakukan oleh orang dewasa mereka akan menerima dengan kesederhanaan pemikiran mereka bahwa ini boleh dilakukan.
Untuk menjadi manusia, anak perlu dididik dan mendidik diri. Sejak kelahirannya manusia memang adalah manusia, tetapi tidak secara otomatis menjadi manusia dalam arti dapat terpenuhi berbagai aspek hakikat manusia. Pendidikan adalah kunci utama untuk memanusiakan manusia. Untuk memperbaiki citra pendidikan Indonesia kita harus memahami betapa pentingnya di keluarga (pendidikan informal). Keberhasilan pendidikan di keluarga akan sangat mempengaruhi proses pendidikan di sekolah (pendidikan formal).
Wadah yang pertama dan terutama dalam pembinaan anak adalah keluarga. Didalam keluargadasar-dasar kepribadian, iman, moralitas dan etika mulai ditanamkan sejak dini. Dewasa ini tuntutan aktivitas social dan ekonomi para orang tua  semakin meningkat, sehingga banyak keluarga mengalami kurang cukup waktu untuk bergaul dengan dan memperhatikan perkembangan anak-anaknya. Begitu pula ajaran agama dalam keluarga sulit dilakukan bersama antara orang tua dengan anak-anaknya karena berbagai kegiatan diluar rumah, baik orang tua maupun anak-anaknya.hendaknya dipahami sedini mungkin dan harus menjadi agenda kesadaran nasional bahwa keluarga merupakan lembaga social yang paling primer dan paling menentukan  karakter diri anak. Orang tua umumnya, ibu atau bapak khususnya, serta kakak-adik dan atau sanak keluarga amat menentukan karakter dasar seseorang.
Jika dipelajari dalam Alkitab, maka menurut orang Yahudi dalam Perjanjian Lama, ajaran Tuhan Yesus dan rasul-rasul dalam Perjanjian Baru, keluarga adalah tempat pertama dan terutama untuk memimpin generasi muda. Dalam kitab Mazmur 127:3 tertulis “Sesungguhnya, anak-anak lelaki/perempuan adalah milik pusaka dari pada Tuhan dan buah kandungan adalah suatu upah”. Dari kutipan ayat tersebut jelas bahwa anak adalah suatu karunia dari Tuhan, maka seharusnya  milik pusaka/karunia itu harus memperoleh perlakuan yang special dari para orang tua, bukan sebaliknya. Tuhan Yesus juga menegaskan bahwa “Barang siapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil yang percaya ini, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia dibuang ke dalam laut”(Lukas 9:42). Peringatan keras ini dimaksudkan bahwa anak-anak patut mendapat perlindungan dan pembinaan serta kehidupan yang berkualitas.
Salah satu sisi perlindungan terhadap anak adalah mendidik atau mengajar serta memperhatikan perkembangan mental, intelektual dan spiritual anak, selain dari pada perkembangan anak secara fisik. Anak-anak patut mendapatkan pendidikan formal dan informal sejak dini. Raja Salomo yang bijak dalam tulisannya memaparkan “didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu” (Amsal  22:6). Tugas utama orang tua adalah melindungi, member nafkah hidup, mendidik dan menyayangi anak-anak dengan penuh kasih dan ketulusan.
Begitu pentingya pendidikan keluarga, maka sudah semestinya apabila pemerintah bersama seluruh elemen bangsa ini untuk mengadakan gerakan nasional dalam membangkitkan kesadaran pentingnya pendidikan keluarga sebagai restorasi menata dan memperbaiki karakter anak bangsa.
Pihak sekolah selaku penyelenggara pendidikan formal perlu memberikan pemahaman kepada orang tua siswa bahwa sekolah memiliki keterbatasan baik waktu, tenaga maupun dana untuk melakukan pembinaan terhadap anak-anak mereka. Oleh sebab itu, minta mereka untuk ikut bertanggung jawab atas pendidikan anaknya di rumah. Orang tua harus mampu menyadari bahwa sebagian besar waktu anak dihabiskan di rumah.

Menata bangsa ini untuk bermartabat adalah tugas kita bersama dan juga tugas serta tanggung jawab para orang tua. Karena itu harus memerlukan pengorbanan, orang tua harus mampu berkorban untuk mengusahakan diri berada di rumah saat anak pulang sekolah karena waktu yang berbahaya  adalah antara pukul 4 sampai 6 sore, dimana tidak ada orang yang mengawasi. Untuk itu agar diatur waktu kerja sehingga anak ada yang mengawasi.

No comments:

Post a Comment

Maf bila postingnya belum lengkap

Proposal Sponsorship Kejuaraan Daerah Gestrek 2016

Jalan Nyaris Putus, Warga Khawatir Terjadi Kecelakaan

  Jalan di kilometer 6 Desa Engkanyar, Kecamatan Kuala Behe yang nyaris putus karena gorong-gorong longso...