Thursday, October 12, 2017

Budak Harta Paling Gila

                                                                                                                                                          
Ada tiga hal yang dicari orang di dunia ini, yaitu kekayaan, kehormatan dan kekuasaan. Ketiga hal tersebut saling terkait. Karena kaya orang bisa memiliki kekuasaan, karena berkuasa orang dihormati, karena dihormati orang bisa berkuasa dan sekaligus kaya. Ketiga hal itu paling dicari orang, karena ketiga hal itu diyakini akan menjamin dan menjadi sumber kebahagiaan. Karena ketiga hal itulah yang umumnya palin dicari orang, maka ketiga hal itu mempunyai daya pikat yang luar biasa. Karena itu pulalah, banyak orang menghalalkan segala cara untuk meraih ketiga hal diatas. Dan salah satu cara yang paling popular dan tampaknya sudah menjadi budaya di Indonesia sekarang ini adalah korupsi. Itu sebabnya, dari ketiga hal itu tampaknya kekuasaan adalah yang paling dicari orang, sebab dengan kekuasaan itu orang bisa berbuat apa saja untuk memenuhi keinginannya. Power tends to corrupt, kekuasaan memiliki kecendrungan untuk melakukan korupsi, kata para ahli. Karena dengan kekuasaannya itu orang bisa berbuat apa saja untuk memperkaya dirinya sendiri, kepentingan para kroninya dan kepentingan keluarganya, maka orang rela mengeluarkan biaya untuk meraihnya. Kekuasaan itu memabukan. Makanya lalu ada istilah Post Power Syndrome, yaitu suatu penyakit kejiwaan yang dialami oleh orang-orang yang pernah berkuasa. Meskipun sudah pensiun, tidak lagi berkuasa atau turun tahta, gayanya masih seperti pejabat.
Mendapatkan kekuasaan untuk menjadi pemimpin  harus dipahami sebuah amanah, karena itu pemimpin berarti menjadi pelayan untuk keadilan, kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Sebab itu, pemimpin yang benar adalah pemimpin yang memihak dan melindungi rakyat. Meskipun kesempatan untuk untuk berbuat korup terbuka lebar ketika menjadi pemimpin, namun tidak ada niat untuk berbuat korupsi, maka pemimpin seperti itu akan menjadi berkat bagi rakyat.
Korupsi itu muncul dari dua hal : niat dan kesempatan. Disinilah pentingnya peranan hati! Niat itu dating dari hati. Niat yang bersih dating dari hati yang bersih, sedangkan niat yang jahat datang dari hati  yang kotor. Jadi kalau dari sononya sudah kotor, orang tidak hanya  menunggu kesempatan, malahan kesempatan itu dibuat-buat dan dicari-cari.
Hendaknya kita pahami bahwa hidup ini bukan melulu soal perut, bukan melulu soal kekayaan dan materi. Sebab ketika hidup manusia ditentukan oleh apa yang ia makan dan pakai, maka sebenarnya manusia telah diperbudak oleh hartanya. Ketika manusia diperbudak oleh harta, oleh persoalan perut semata, maka sebenarnya tindakan itu telah menghina Tuhan sendiri, sebab perutnya telah menjadi tuhannya. Manusia harus dibebaskan dari cara pandang yang melihat bahwa harta adalah segala-galanya, maka hidup manusia  lalu hanya dimotori oleh keinginan untuk mengumpulkan harta dan orang akan menghalalkan segala cara demi harta. Disini manusia sampai pada titik terendah dari harkat dan martabatnya, karena ia sudah menjadi budak hawa nafsunya dan budak dosa!
Mendengarkan dan menjalankan ajaran agama yang diimani adalah penting untuk kehidupan. Dengan hidup dari perintah Tuhan atau ajaran agama yang diimani maka hati akan disucikan dari kerakusan dan keserakahan, dan mampu melihat  dengan jernih, bahwa ada begitu banyak persoalan bukan hanya soal perut dalam kehidupan ini yang mesti diselesaikan dan dikerjakan, seperti persoalan HAM, lingkungan hidup, ketidakadilan structural, dan lain-lain. Hidup dari perintah Tuhan akan menumbuhkan solidaritas dan berbela rasa dengan penderitaan orang lain, dengan demikian akan menjadikan hidup ini bermakna bagi orang lain. Hidup ini baru bermakna ketika kita bisa membahagiakan sesame manusia dan hal ini tidak berarti seseorang harus kaya terlebih dahulu malahan sebaliknya, hidup itu baru bermakna  ketika kita mampu membahagiakan sesame dari kekurangan dan keterbatasan kita. Itulah solidaritas dan berbela rasa.
Pepatah Cina mengatakan “ikan itu membusuk dari kepalanya”. Artinya, pemimpin yang korup akan melahirkan masyarakat yang kurup, direktur, kepala kantor, kepala bagian, atau atasan yang korup akan melahirkan karyawan yang korup. Barangkali itulah sebabnya, mengapa Indonesia dikenal sebagai salah satu Negara terkorup di dunia, sebuah gelar yang sesungguhnya sangat memalukan ketika orang Indonesia mengklaim diri sebagai orang yang paling beragama. Tetapi bukankah korupsi itu sendiri sudah bertentangan dengan nilai-nilai keagamaan? Kalau korupsi yang merupakan musuh agama itu seakan-akan sudah menjadi budaya di Indonesia, maka pastilah ada yang salah dalam kita memahami agama dan beragama.
Setiap orang tentunya menginginkan hidup yang bahagia selama hidup di dunia ini. Yang menjadi pertanyaan bagi kita adalah seperti apa hidup yang bahagia? Hidup yang bahagia adalah hidup yang tidak terganggu oleh hati nurani karena berbuat sesuatu yang tidak benar dan tidak adil. Sekalipun itu tidak mendatangkan kekayaan secara kuantitatif, akan tetapi kenyamanan kualitatif jauh lebih berharga. Gangguan bisa saja dating dari dalam diri karena ada perasaan tak nyaman yang menganggu, sehingga memberatkan pikiran.  Dampaknya bisa menjadi pemarah, sakit tanpa sebab yang jelas, dan sebagainya. Gangguan bisa juga dating dari luar diri karena ulah istri, suami atau anak.
Rasa nyaman inilah yang membuat hidup ini bahagia, bukannya banyak penghasilannya atau banyak hartanya. Rasa nyaman inilah yang akan membuat seseorang menjadi berkat bagi orang lain, bukannya banyak hartanya. Karena rasa nyaman itu yang akan membuat seseorang berpeluang untuk melihat hal-hal yang tidak tampak secara fisik, karena dia tidak terganggu oleh hati nurani dan hartanya. Orang seperti itulah yang menikmati hidup ini, bukannya yang melimpah hartanya. Apalah artinya harta yang melimpah kalau tidak memiliki kenyamanan dalam dirinya. Itulah orang yang berbahagia.
Harus dipahami bahwa bukan berarti kita tidak boleh kaya dan memiliki harta tetapi yang penting adalah  sikap kita terhadap kekayaan, dan bagaimana kekayaan digunakan dalam hidup ini. Kebanyakan yang kita jumpai adalah orang kaya yang memiliki harta tidak menggunakan kekayaannya untuk melakukan kasih yang aktif dalam menolong mereka yang membutuhkannya. Orang kaya sering menjadikan harta kekayaan segala-galanya, menjadikannya tujuan akhir kehidupannya. Harta kekayaan bukan lagi sarana untuk hidup tetapi telah dijadikan “tuhan” tempat ia menggantungkan kehidupan dan makna hidupnya.
Dengan demikian, kekayaan dan harta adalah baik adanya asalkan kita memiliki sikap dan penggunaanya  yang baik dalam hidup ini.  Setiap orang hendaknya sadar akan ketamakan terhadap harta dan kekayaan. Betapa indahnya bila setiap orang menolak ketamakan dalam dirinya. Bila secara pribadi kita membiarkan ketamakan menguasai hidup maka kita akan menjadi pribadi yang bodoh. Bila secara nasional bangsa kita membiarkan ketamakan pejabat public, ketamakan elit politik, ketamakan pengusaha dan ketamakan rakyat yang menjelma dalam wujud korupsi tetap berlangsung, maka bangsa kita akan menjadi bangsa yang bodoh dan sesat pikir. Lalu, muncul masalah baru yakni kebodohan nasional dan sesat pikir nasional.
Secara praktis konkret korupsi sebagai ancaman terbesar yang dihadapi Negara kita. Korupsi menggerogoti substansi kebangsaan kita : substansi moral, substansi social, kompetensi-kompetensi yang kita miliki. Korupsi membuat dari atas sampai ke bawah menjadi orang yang tidak jujur. Orang yang tidak jujur tidak lagi tahu apa itu keadilan. Ia tidak tahu apa arti tanggungjawab. Dan ia tidak lagi meminati mutu outputnya. Karena itu kompetensi-kompetensi yang barangkali dimiliki menjadi tidak efektif karena bukan kualitas outputnya, melainkan keuntungan pribadi yang menjadi motivasinya. Kalau kita tidak berhasil memberantas korupsi, bangsa kita akan gagal.
Kita tidak mungkin berharap banyak bahwa pemerintah mempu memberantas korupsi. Maka untuk menumbuhkan sikap jujur, takut, malu dan berdosa, hendaklah kita mulai dari sendiri, keluarga dan lingkungan terkecil dalam masyarakat. Kita perlu belajar jujur dalam hal-hal kecil. Kita berani menolak segala kejahatan yang menggoda baik bagi diri sendiri maupun anggota keluarga kita. Hanya dengan demikian kita dapat mulai mendidik anak bangsa ini untuk bermoral dan belajar untuk tidak korup. Pemberantasan korupsi harus kita mulai dari diri sendiri dan keluarga. Ingatlah wahai saudara dan sahabat-sahabatku tanpa peranan dan campur tanganmu bangsa ini akan tetap terkungkung, jauh dari kesejahteraan dan kebahagiaan. Semoga ada gerakan nasional yang lebih serius untu memerangi korupsi di negeri tercinta ini. Sebab korupsi menjadi salah sati sebab keterpurukan bangsa ini.





No comments:

Post a Comment

Maf bila postingnya belum lengkap

Proposal Sponsorship Kejuaraan Daerah Gestrek 2016

Jalan Nyaris Putus, Warga Khawatir Terjadi Kecelakaan

  Jalan di kilometer 6 Desa Engkanyar, Kecamatan Kuala Behe yang nyaris putus karena gorong-gorong longso...